Jumat, 16 Oktober 2015

ARTIKEL EKONOMI

Diposting oleh Unknown di 08.15 0 komentar

PERTUMBUHAN EKONOMI TIDAK CUKUP DENGAN “OPTIMISME”

Artikel ini dibuat oleh:
Nama                : Chazanah Nurul Indriyani
NPM                : 21213882
Kelas                : 3Eb06
Mata Kuliah      : Bahasa Indonesia 2
Fakultas            : Ekonomi
Jurusan             : Akutansi
Universitas Gunadarma

Presiden Jokowi dan para menterinya hingga saat ini belum dapat mengatasi secara optimal permasalahan-permasalahan ekonomi yang terjadi saat ini. Untuk menghadapi hal tersebut harusnya semua pihak dapat bersatu dan mengurangi gesekan antara lembaga maupun partai politik sehingga pemerintah bisa fokus memperbaiki ekonomi Indonesia.
Ada tiga hipotesis permasalahan ekonomi di Indonesia. Yang pertama yang bersinggungan dengan ekonomi rakyat yaitu pangan. Banyaknya bahan pangan yang di impor mengakibatkan harga pangan di Indonesia tidak stabil. Kedua defisit energi. Menghadapai masalah ketersedian tenaga listrik untuk menopang kehidupan warga dan pembangunan ekonomi. Ditambah lagi, produksi bahan bakar minyak  (BBM) masih defisit 600 ribu barel per hari yang diungkapkan oleh Presiden di depan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Ketiga dukungan masyarakat. Disisa tahun amasa baktinya pemerintah harus lebih giat lagi memperbaiki kinerja kerja kabinet menteri.
Seperti halnya kebijakan pemerintah mengenai perluasan penggunaan kontrak berbasis kinerja (performance Base Contract/ PBC), dalam pengadaan konstruksi infrastruktur jalan. Dibandingkan dengan kontrak cara lama, PBC diklaim lebih menguntungkan berbagai pihak. Dari sisi pemerintah bisa menghemat biaya manajemen dan pemeliharaan 9% - 18%, dari segi pengusaha memungkinkan berinovasi dan memaksimalkan keuntungan, serta bagi masyarakat pengguna jalan menjadi lebih terjamin.
Dilihat dari usaha pemerintah yang menimbang-nimbang opsi terbaik dalam menjalankan kebijakan haruslah kita apresiasi positif. Jangan mudah terpengaruh oleh pers. Dunia jurnalis saat ini bagaikan oknum yang mengadu dombakan antara pemerintah dan masyarakat. Pemberitaan yang umumnya bersifat “komunikatif” justru beralih pada sifat propokatif.
Disamping sikap optimisme dari pihak pemerintah harusnya ada dukungan dari seluruh masyarakat baik institusi resmi seperti lembaga penegak hukum, organisasi kemasyarakatan, media massa, dan partai politik untuk tidak membuat bangsa ini terjebak pada lingkaran ego masing-masing. Hal ini tentu saja menghambat aksi para menteri dalam mewujudkan program-program pemerintah masa abdi Joko Widodo dan Jusuf Kalla, khususnya di bidang ekonomi rakyat.

Bentuk Paragraf
Artikel di atas merupakan bentuk paragraf Deduktif karena menceritakan gambaran umum permasalahan ekonomi yang dihadapi pemerintah  ke gambaran khusus yaitu tiga hipotesis permasalahan ekonomi masa abdi Joko Widodo beserta penjelasannya.

Kesimpulan dan Solusi
Menjaga kestabilan pemulihan ekonomi Indonesia bukan hanya menjadi tugas pemerintah khususnya Presiden dan Kabinet Menteri. Melainkan seluruh masyarakat baik institusi resmi seperti lembaga penegak hukum, organisasi kemasyarakatan, media massa, dan partai politik, juga masyarakat biasa dari kalangan menengah ke bawah atau menengah ke atas, memiliki peranan yang sama untuk mewujudkan program-program pemerintah khususnya di bidang ekonomi rakyat.

Artikel ini dibuat dengan tujuan menyelesaikan tugas softskill mata kuliah Bahasa Indonesia 2 yaitu membuat sebuah artikel dengan tema EKONOMI dan menentukan Bentuk Paragraf dari artikel yang dibuat.

Referensi:
1. Koran Pikiran Rakyat (Kamis, 15 Oktober 2015)
2. Koran Republika (Kamis, 15 Oktober 2015)